RSS

Arsip Bulanan: September 2011

Pantai watu lawang

PANTAI WATU LAWANG

 

Jum’at 16 September 2011 pulang kuliah hari itu sangat panas, matahari tepat berada di atas kepala saya menunjukan kegagahan dan kekuatan yang ia miliki, hari itu rencana saya ingin berkemah di salah satu pantai yang ada di daerah gunung kidul bersama teman baru seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada, sempat terlintas dalam pikiranku untuk menggagalkan rencana berkemah karena cuaca panas membuatku enggan meninggalkan kosan, namun ke enggananku untuk meninggalkan kosan aku buang jauh-jauh dan aku selipkan rasa penasaran dan bayangn indah pantai yang akan saya lihat nanti, dan akhirnya saya memutuskan untuk pergi berkemah, berawal dari berbagi cerita tentang kehiduapn pribadi, akhirnya ada suatu topic pembicaraan yang menarik minat saya, yaitu tentang petualangan berkemah di pesisir pantai, kebetulan sekali semenjak kecil hingga lulus SMA saya sama sekali belum pernah merasakan yang namanya berkemah seperti apa, berwal dari rasa penasaran akhirnya saya memberanikan diri untuk mengajak teman saya agar kapan-kapan kita kemah bersama di pinggir pantai yang masih alami dan belum terjamaah oleh proyek bisnis, akhirnya setelah obrolan panjang kami memutuskan untuk berkemah pada hari Jum’at 16 September 2011.

Perjalanan waktu itu sangat melelahkan kami berangkat dari Yogyakarta jalan kaliurang Km 10,9 jam 16.00 dengan mengendarai sepeda motor dengan tas ransel yang sangat penuh, kami menyusuri jalanan demi jalanan untuk mencapai pantai yang di tuju, semngat menggebu ada pada hati saya, rasa penasaran bagaimana rasanya berkemah di pinggir pantai dengan ditemani riuh suara ombak yang menggelegar serta terpaan angin pantai yang menyapu kulit dengan lembut serta melihat indahnya sunset sudah terbayang jelas dalam lamunanku, namun lamunan indahku harus sedikit terhapus karena saat itu kami tidak memungkinkan untuk melihat sunset karena jarak yang harus kami tempuh untuk mencapai pantai masih sangat jauh, akhirnya niat dan khayalan yang ada pada pikiran saya, saya buang jauh-jauh meskipun dengan perasaan kecewa, karena kecewa saya putuskan untuk berdiam diri selama perjalanan, waktu sudah menunjukan pukul 18,00 namun kami belum juga sampai, perasaan tak sabar jengkel dan lelah berkecamuk dalam diri saya, namun aku memilih untuk bersabar dan berpikiran positif bahwa perjalan jauh dan melelahkan ini akan segera terbayar dengan hamparan pasir putih dan deburan ombak yang sangat indah di depan sana, semilir angin dan bau amis khas laut mulai terasa oleh indra penciumanku, aku bersorak dalam hati akhirnya sampai juga dipantai, aku tak sabar untuk turun dari motor dan segera beristirahat, kulihat beberapa papan nama pantai di pinggir jalan menunjukan arah pantai namun dari sekian banyak papan petunjuk jalan ke pantai kami lewati begitu saja aku sudah tak sabar seberapa jauh kah dan seberapa terpencilakh pantai itu, akhirnya kamipun mulai memasuki daerah yang agak sepi jalan yang kami lewati sudah tidak bagus lagi suara debur ombak yang sudah mulai terdengar dan bau amis yang semakin tajam, akhirnya sepeda motor berhenti kamipun bersiap untuk turun kepantai dan mencari lokasi untuk mendirikan tenda, tangan kiriku sibuk memegang kamera LSR tangan kananku sibuk memegang batrey untuk menrangi jalanku, aku turun melewati batu demi batu dan akhirnya kakiku menyentuh sesuatu yang lembut dan tidak salah lagi itu pasti pasir pantai, kususuri pantai dengan temanku didin, dia sibuk memberitahukan keadaan disekitar pantai dan aku hanya bias mengangguk dan tersenyum dengan sekali-kali meringis karena suara deburan ombak yang begitu menyeramkan, setelah berjalan kurang lebih100m akhirnya kami putuskan untuk mendirikan tenda, akh ini memang perjalan yang sangat menyenagkan akhirnya aku tahu juga bagaimana caranya mendirikan sebuah tenda luar biasa kataku memuji diri sendiri, setelah mendirikan tenda kami membereskan tenda agar bias kami pakai untuk tidur, sebenrnya kata-kata kami kurang tepat karena didin lah yang lebih banyak melakukan pekerjaan, setelah mendirikan tenda saat itu didin mengingatkanku untuk sholat, entah sholat maghrib atau isya karena saat itu aku tak tahu jam berapa, aku bersama didin berjalan menuju pantai mencari tempat untuk berwudhu, aku sempat takut berjalan ke pantai karena suara ombak yang begitu menggelegar membuat bulu romaku berdiri.

Setelah berwudhu aku kembali menuju tenda, aku paparkan sebuah tempat tas entah apa itu namanya untuk aku jadikan alas sholatku, selesai sholat aku berdoa agar kami di selamatkan hingga esok pagi sembari tak henti-hentinya aku ucapkan rasa kagumku atas kebesaran tuhan, aku menagis dalam doaku sungguh ini adalah pengalaman yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku subhanallah. Kami menyalakan api untuk memasak air karena cuaca cukup dingin jadi kami putuskan untuk mebuat kopi, dalam hati aku merasa tidak enak karena aku tidak melakukan apa-apa semuanya didin yang melakukan, mulai dari memberesakan tenda, menyalakan api dan memasak air samapi membuat kentang sarden, argh bodohnya kau memaki diriku sendiri dalam hati, suasana hening itu di sebabkan karena ku yang selalu diam dan tak tahu harus berbicara tentang apa, dalam hati aku kembali memaki diriku sendiri argh bodohnya kau dim memulai pembicaraan saja tidak bias kataku dalam hati, aku berpikir dalam hati pasti setelah ini didin tak akan pernah mau pergi berpetualang bersamaku lage karena aku yang tak bias melakukan apa-apa dan pribadiku yang kurang menyenangkan.

Esok paginya sekitar  jam 06.00 aku bangun, aku buka resleting tenda dan menengok keluar, akh akhirnya hari sudah pagi juga terpaan angin laut begitu terasa menusuk kedalam tulangku, kabut putih menyelimuti udara pagi waktu itu dan menghalangi jarak pandangku hingga aku tak mampu menikmati keindahan pantai saat itu, mataku menuju kearah kawanku didin yang sedang berjalan dengan seorang wanita setengah baya sembarai membawa penyu yang sangat besar, rasa penasaranku terhadap penyu itu terkalahkan oleh rasa kantuk yang menderaku, akhirnya aku tutup kembai resleting tenda, ku kerubungi diriku dengan sarung dan kulanjutkan tidur hingga jam 8 pagi, jam 8 page begitu aku keluar dari tenda kabut page sudah mulai menghilang aku berjalan menyusuri pantay dengan sempoyongan kususuri pantai kea rah utara menikmati keindahan alam yang begitu luar biasa sesekali kupandangi ombak yang menggulung tinggi dengan suaranya yang menggelegar.

Aku berjalan kembali menuju tenda menghampiri didin yang akan menyeduh segelas minuman yang aku piker itu adalah jahe, sembari iseng-iseng kupegangi kamera LSR-nya yah karena aku suka dengan Fotografi, hanya saja aku belum mempunyai cukup uang untuk menekuni hobyku, aku belajar kembali bagaimana caranya menggunakan kamera LSR dengan bekal sedikit ingatan saat pertama kali temanku mengajariku foto di UGM, aku mencoba memfoto sebuah gabus dengan berfokus pada objeknya dan hasilnya seperti ini   Kemudian aku berjalan menyusuri pantai sembari membawa kamera LSR milik temanku dengan gaya seperti fotographi handal, aku lihat seorang pencari rumput laut berjalan membawa sesuatu seperti karung aku arahkan kameraku ke arahnya aku jepret dia dengan perasaan kagum, lalu pak tua itu tersenyum dan berbicara padaku dalam bahasa jawa yang intinya dia mengatakan “ wah mas saya kok di foto, org seperti saya jelek kalau di foto” kurang lebih seperti itu, miris aku melihat para pengumpul rumput laut di pantai watu lawang mereka bekerja pagi-pagi hanya untuk mencari rumput laut yang di jual sangat murah ini berbanding terbalik dengan kerja keras yang mereka lakukan, namun aku berpikir inilah hidup butuh perjuangan dan cobaan , kemudiaan aku berjalan menghamppiri temanku yang sedang berbicara dengan wanita setengah baya yang juga bekerja untuk menghidupi keluarganya  dari mencari rumput laut untuk di jual, dan yang membuatku lebih kaget jarak rumah ibu itu dengan pantai sekitar 5km subhanallah begitu besar perjuangan ibu ini hanya untuk mendapatkan uang yang tak begitu besar aku berpikir dalam hati ini memang jaman edan kapitalisme sudah tumbuh subur di negeri ini gerutuku dalam hati, sungguh terlihat perbedaan antara penduduk kota dengan penduduk desa.

Ketika hari mulai siang dan  menunjukan sekitar jam 9 page aku putuskan untuk bermain-main air sebentar di pantai dengan temanku, pantai watu lawang sepi sekali ketika hari menjelang siang ini dikarenakan belum banyak orang yang mengetahui keberadaan pantai ini, hari itu para pencari rumput laut sudah tidak ada, hanya ada aku dan temanku yang ada di pantai aku duduk di atas karang menunggu datangnya terpaan ombak yang menghantam tubuhku, pantai itu memang masih sangat alami dan mungkin kaya akan sumber daya alamnya, disana banyak ubur-ubur kecil maupun besar yang terdampar di pantai karena terbawa arus ombak yang cukup besar, oh tuhan sungguh indah ciptaanmu ini pujiku dalam hati, matahri semakin tinggi panas mulai menyengat dan membakar kulitku namun hembusan angin laut tetap membuatku dingin meskipun sengatan matahari begitu terasa dikulitku, akhirnya kami putuskan untuk pulang meninggalkan pantai yang indah ini, aku berharap suatu saat nanti aku akan mengunjungi pantai penuh kenangan ini, dan aku harap tidak hanya di pantai ini saja aku bertualang menikmati keindahan alam, terimakasih buat teman baruku didin yang telah memberikan warna demi warna dalam setiap coretan cerita hidupku, aku berharap kita bias mengunjungi pantai-pantai lainnya dan aku harap kau tak menyesal pergi berkemah dengan org sepertiku yang tak banyak membantumu dan hanya membuatmu repot.

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 27 September 2011 inci Tulisanku

 

Tag: , , , , , , , ,

Pastur jadi Muallaf

FRANKLIN: SEMANGAT BARU DAKWAH ISLAM DI AMERIKA
Bisa cerita perjalanan kamu menjadi muslim?

Al-Qur’an adalah alasan utama saya menjadi muslim. Al-Qur’an menyatakan kebenaran pada saya, tentang Allah dan banyak hal. Saya benar-benar tertarik sejak pertama kali membacanya. Saat itu sebenarnya saya sedang taat-taatnya pada agama saya yang lama dan menjadi pastur muda di sekolah. Saat menyadari ada banyak muslim (juga agama lain), saya memutuskan untuk mempelajari beragam tipe agama, sehingga bila saya ditanyatentang agama lain saya dapat menjelaskan. Saya sempat menonton film Malcolm X, pada bagian saat Malcolm shalat.

Kemudian saya sempat mengalami depresi seminggu setelah dibaptis. Saya seperti kehilangan kepercayaan pada Tuhan dan ingin melupakan-Nya. Saat itu adalah bulan terburuk dalam hidup saya. I wanted revenge on God, for making me so confused. Lalu saya ingat film Malcolm X saat dia shalat, saya pun pergi membeli film tersebut. Film tersebut sangat menginspirasi saya untuk lebih jauh mengenal Islam. Saya juga mendapat Al-Qur’an dari internet dan membacanya. I loved the way Islam was, everything I believed in since I was younger was all in Islam.

Contohnya, pria disunnahkan memelihara jenggot dan wanita harus menutup aurat (di sini–New York–sebagian besar wanita seperti mengiklankan tubuh mereka pada pria). Al-Qur’an sangat ajaib, apa yang ada di kepala saya, semua bisa terjawab. Yang aneh, selama dua minggu mempelajari Islam, saya menjadi sangat emosional dan tidak dapat mengerjakan film tentang Jesus yang sedang saya buat (Franklin mengambil studi film, red.). And on top of that, I lost all of my Christian friends, karena mereka melihat saya mempelajari Al-Qur’an. Saya biarkan saja, dan yakin hanya Tuhan yang dapat menolong saya. Saya berdoa, ‘Tuhan, tunjukkan saya agama yang benar’.

Setelah berdoa saya bertemu seorang muslim. Dia memberi tahu tentang Islam. Lalu saya bertemu dengan muslim yang lain, ini terjadi hingga lima kali. Saya juga bertemu dengan seorang muslim bernama Adam, dan belum pernah melihat dia sebelumnya. Dia berjanji menemui saya dekat sebuah masjid. Saya pun memutuskan pergi ke masjid, dan melihat ada beragam muslim di sana. Kebanyakan orang Arab dan kulit hitam.

Saya pikir ini adalah agama untuk orang Timur, bukan buat saya. Saya kaget ketika melihat Adam, ternyata ia berkulit putih! Setelah shalat, Adam mengenalkan saya pada Imam masjid. Saya berdebat dengan Imam dan dua orang lainnya selama 3 jam, dan akhirnya saya menerima penjelasan mereka. Saya mengucap syahadah seminggu kemudian.

Gimana perasaan kamu setelah memeluk Islam?

Pada awalnya saya banyak bertanya tentang Islam. Saya telah menjadi muslim, dan menerima ajarannya serta apa yang Allah katakan dalam Qur’an, tapi saya tetap mencari hal yang melenceng, karena jika saya menemukan satu saja hal yang melenceng dalam Qur’an, maka saya dapat membuktikan bahwa Qur’an salah. But it’s impossible. Saya masuk Islam kaerna hidayah Allah, dan nggak ada seorang pun yang dapat mencegahnya. banyak keajaiban dalam Al-Qur’an.

Ada masalah nggak setelah kamu masuk Islam? Gimana dengan keluarga, teman, dan lingkungan sekitar kamu?

Keluarga tidak tahu tentang keislaman saya, tapi mereka melihat bahwa saya lebih relijius. Saya ingat perkataan Imam Syamsi bahwa ‘ketika seseorang masuk Islam, maka mereka harus memberikan kesan yang baik terhadap keluarganya’. Jadi untuk seseorang yang baru masuk Islam atau berniat masuk ke dalam agama Allah, cara terbaik keluarga dan teman-teman tahu adalah dengan mengubah kebiasaan kita, menjadi orang yang lebih baik, berhenti melakukan hal buruk yang pernah dilakukan, jadi keluarga dan teman-teman melihat sendiri bahwa kita lebih baik dibanding sebelumnya.

Orangtua saya belum tahu bahwa saya muslim, tapi insyaAllah saya akan memberitahu melalui majalah ini. Sedangkan teman-teman, saya kehilangan banyak setelah menjadi muslim. Saya juga kehilangan relasi saya dalam film. Saya sedang membuat film tentang Yesus saat itu.

Kamu tertarik sekali ya pada bidang film. Apa kamu punya rencana membuat film yang berhubungan dengan Islam?

Saya memang berencana membuat film dan juga komik islami. Islam berkembang dpesat di negara ini dan saya percaya ini adalah tanda-tanda dari Allah bahwa hari akhir zaman akan datang tak lama lagi, juga banyak keajaiban dalam Al-Qur’an yang telah terjadi. Allah sedang menyelamatkan sebanyak mungkin manusia dari neraka, tapi itu tergantung juga bagaimana seorang muslim ikut menyebarkan. Saya ingin Islam dikenal lebih baik di negara ini (Amerika), dan saya ingin membuat film tentang Yesus (Nabi Isa); bahwa dia tidak mati, juga film tentang masa muda Nabi Muhammad. If Allah wills, he will use me to do this task, for I trust in him, let Allah guide us all.

Kamu punya saran untuk orang yang ingin mempelajari Islam?

Buat saya Islam adalah lingkaran yang tiada habisnya. Saya ingin tahu lebih banyak, tapi semakin saya belajar semakin sedikit yang saya tahu. Ini membuat saya mengira-ngira; apalagi yang tidak saya tahu? So I want to know more. Tanda-tanda dari Allah sudah jelas, jadi saya sarankan untuk melihat keajaiban Al-Qur’an dan membandingkannya dengan Injil atau Taurat– yang juga kitab dari Allah tapi telah diselewengkan manusia. Read the Qur’an, if God doesn’t tell you through it, or give your clear signs then Islam is false religion.

Apa pendapat kamu tentang Indonesia?

Yang saya tahu Indonesia berpenduduk 88% muslim, pertanyaan saya; mengapa bukan 100%? Pasti sebagian muslim tidak menjalankan tugas mereka. Setiap muslim harus mengambil bagian dalam dakwah Islam, paling tidak membawa satu orang menjadi muslim. Jika seorang muslim telah berusaha dan tidak mendapatkan satu pun pengikut sebelum dia mati, maka Allah akan memberi reward. Muslim di Indonesia dapat menyebarkan Islam melalui internet, but please know what you are talking about and do not speak if you don’t know the answer, because blasphemy is a great sin.

Kamu punya pesan buat pembaca Annida?

Saya punya tiga hal:
1. Saya lihat banyak Muslim yang telah Islam sejak lahir. Ini sebuah keuntungan dibanding mualaf. Tapi saya perhatikan banyak yang tidak beribadah. Ini tidak benar, so I tell them to wake up, or they will face the same punishment as the unbelievers.

2. Untuk mereka yang ingin berdakwah kepada nonmuslim, harus selalu membawa Al-Qur’an, jika mereka tertarik kita dapat memberikan mereka Al-Qur’an.

3. Bacalah Al-Qur’an paling tidak sehari sekali, meski hanya satu ayat. Jika kita mencari pengetahuan Allah, maka Dia pasti akan memberikan. Allah cinta pada orang-orang yang berjuang untuk agama-Nya. [Dee, terima kasih banyak untuk Ustadz Syamsi Ali atas bantuannya]

Name: Franklin “Isa-Ali” Taveras II (Isa-Ali is my Muslim name)
Place/Date of Birth: New York, Queens, Sept 6, 1985
Nationality: Half Dominican and half Puerto Rican
Education: High School: Art and Design located in the New York City,
I was there when the Towers fell (9/11). I currently attend Five Towns
College studing film making.
Hobby: Drawing, reading working on my comics and script/screen play.

Dimuat di rubrik “Muda” Annida No 01/XV (September-Oktober

 
3 Komentar

Ditulis oleh pada 9 September 2011 inci Bukan Tulisanku

 

Tag: , , , , , , , ,

Penyesalan Seorang Istri

Ketika membuka-buka halaman blog, ada sebuah kisah yang cukup menyentuh hati. Ceritanya tentang pengakuan penyesalan seorang istri yang dituangkannya dalam tulisan di akun Facebook-nya.

Meski kisah ini mungkin sudah lama beredar di dunia maya, namun aku merasa tak ada salahnya untuk mengingat kembali kisah ini. Aku berharap nanti, tidak seperti sang istri di kisah ini.

Suamiku kini telah tiada dan penyesalanku yang terus ada. Ini adalah kisah nyata di kehidupanku.

Seorang suami yang kucintai yang kini telah tiada. Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada keluargaku. Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku. Suamiku adalah seorang pekerja keras. Dia membangun segala yang ada di keluarga ini dari nol besar hingga menjadi seperti saat ini. Sesuatu yang kami rasa sudah lebih dari cukup.

Aku merasa sangat berdosa ketika teringat suamiku pulang bekerja dan aku menyambutnya dengan amarah,tak kuberikan secangkir teh hangat melainkan kuberikan segenggam luapan amarah.

Selalu kukatakan pada dia bahwa dia tak peduli padaku, tak mengerti aku,dan selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.

Tapi kini aku tahu. Semua ucapanku selama ini salah.dan hanya menjadi penyesalanku karena dia telah tiada.

Temannya mengatakan padaku sepeninggal kepergiannya. Bahwa dia selalu membanggakan aku dan anakku di depan rekan kerjanya.

Dia berkata, “Setiap kali kami ajak dia makan siang, Mas Anwar jarang sekali ikut kalau tidak penting sekali, alasannya selalu tak jelas. Dan lain waktu aku sempat menanyakan kenapa dia jarang sekali mau makan siang, dia menjawab, “aku belum melihat istriku makan siang dan aku belum melihat anakku minum susu dengan riang, lalu bagaimana aku bisa makan siang.” Saat itu tertegun, aku salut pada suamimu. Dia sosok yang sangat sayang pada keluarganya. Suamimu bukan saja orang yang sangat sayang pada keluarga,tapi suamimu adalah sosok pemimpin yang hebat. Selalu mampu memberikan solusi-solusi jitu pada perusahaan.”

Aku menahan air mataku karena aku tak ingin menangis di depan rekan kerja suamiku. Aku sedih karena saat ini aku sudah kehilangan sosok yang hebat.

Teringat akan amarahku pada suamiku,aku selalu mengatakan dia selalu menyibukkan diri pada pekerjaan, tak pernah peduli pada anak kita. Namun itu semua salah. Sepeninggal suamiku. Aku menemukan dokumen-dokumen pekerjaannya. Dan aku tak kuasa menahan tangis membaca di tiap lembar di sebuah buku catatan kecil di tumpukan dokumen itu, yang salah satunya berbunyi, “Perusahaan kecil CV. Anwar Sejahtera dibangun atas keringat yang tak pernah kurasa. Kuharap nanti bukan lagi CV. Anwar Sejahtera, melainkan akan diteruskan oleh putra kesayanganku dengan nama PT. Syahril Anwar Sejahtera. Maaf nak, ayah tidak bisa memberikanmu sebuah kasih sayang berupa belaian, tapi cukuplah ibumu yang memberikan kelembutan kasih sayang secara langsung. Ayah ingin lakukan seperti ibumu. Tapi kamu adalah laki-laki. Kamu harus kuat. Dan kamu harus menjadi laki-laki hebat. Dan ayah rasa,kasih sayang yang lebih tepat ayah berikan adalah kasih sayang berupa ilmu dan pelajaran. Maaf ayah agak keras padamu nak. Tapi kamulah laki-laki. Sosok yang akan menjadi pemimpin,sosok yang harus kuat menahan terpaan angin dari manapun. Dan ayah yakin kamu dapat menjadi seperti itu.”

Membaca itu, benar-benar baru kusadari, betapa suamiku menyayangi putraku, betapa dia mempersiapkan masa depan putraku sedari dini. Betapa dia memikirkan jalan untuk kebaikan anak kita. Setiap suamiku pulang kerja. Dia selalu mengatakan, “ Ibu capai? Istirahat dulu saja.”

Dengan kasar kukatakan, “Ya jelas aku capai, semua pekerjaan rumah aku kerjakan. Urus anak,urus cucian, masak, ayah tahunya ya pulang datang bersih.Titik.”

Sungguh,bagaimana perasaan suamiku saat itu. Tapi dia hanya diam saja. Sembari tersenyum dan pergi ke dapur membuat teh atau kopi hangat sendiri. Padahal kusadari, beban dia sebagai kepala rumah tangga jauh lebih berat dibanding aku. Pekerjaannya jika salah pasti sering di maki-maki pelanggan. Tidak kenal panas ataupun hujan dia jalani pekerjaannya dengan penuh ikhlas.

Suamiku meninggalkanku setelah terkena serangan jantung di ruang kerjanya, tepat setelah aku menelponnya dan memaki-makinya. Sungguh aku berdosa. Selama hidupnya tak pernah aku tahu bahwa dia mengidap penyakit jantung. Hanya setelah sepeninggalnya aku tahu dari pegawainya yang sering mengantarnya ke klinik spesialis jantung yang murah di kota kami. Pegawai tersebut bercerita kepadaku bahwa sempat dia menanyakan pada suamiku. “Pak kenapa cari klinik yang termurah? Saya rasa bapak bisa berobat di tempat yang lebih mahal dan lebih memiliki pelayanan yang baik dan standar pengobatan yang lebih baik pula?”

Dan suamiku menjawab, “ Tak usahlah terlalu mahal. Aku cukup saja aku ingin tahu seberapa lama aku dapat bertahan. Tidak lebih. Dan aku tak mau memotong tabungan untuk hari depan anakku dan keluargaku. Aku tak ingin gara-gara jantungku yang rusak ini mereka menjadi kesusahan. Dan jangan sampai istriku tahu aku mengidap penyakit jantung. Aku takut istriku menyayangiku karena iba. Aku ingin rasa sayang yang tulus dan ikhlas.”

Tuhan..Maafkan hamba Tuhan,hamba tak mampu menjadi istri yang baik. Hamba tak sempat memberikan rasa sayang yang pantas untuk suami hamba yang dengan tulus menyayangi keluarga ini. Aku malu pada diriku. Hanya tangis dan penyesalan yang kini ada.

Saya menulis ini sebagai renungan kita bersama. Agar kesalahan yang saya lakukan tidak di lakukan oleh wanita-wanita yang lain. Karena penyesalan yang datang di akhir tak berguna apa-apa. Hanyalah penyesalan dan tak merubah apa-apa.

Banggalah pada suamimu yang senantiasa meneteskan keringatnya hingga lupa membasuhnya dan mengering tanpa dia sadari.

Banggalah pada suamimu,karena ucapan itu adalah pemberian yang paling mudah dan paling indah jika suamimu mendengarnya.

Sambut kepulangannya di rumah dengan senyum dan sapaan hangat. Kecup keningnya agar dia merasakan ketenangan setelah menahan beban berat di luar sana.

Sambutlah dengan penuh rasa tulus ikhlas untuk menyayangi suamimu.

Selagi dia kembali dalam keadaan dapat membuka mata lebar-lebar.

Dan bukan kembali sembari memejamkan mata tuk selamanya.

Teruntuk suamiku.

Maafkan aku sayang.

Terlambat sudah kata ini ku ucapkan.

Aku janji pada diriku sendiri teruntukmu.

Putramu ini akan kubesarkan seperti caramu.

Putra kita ini akan menjadi sosok yang sepertimu.

Aku bangga padamu,aku sayang padamu.

Istrimu

Rina

Silahkan berbagi tulisan ini kepada saudara, teman, kerabat Anda. Saya berharap pengalaman yang saya miliki dapat menjadi pelajaran bagi kita semua

Sumber : http://www.dunia-galang.co.cc/2010/08/curahan-hati-tentang-penyesalan-seorang.html

 
1 Komentar

Ditulis oleh pada 9 September 2011 inci Bukan Tulisanku

 

Tag: , , , , , , , ,